Selasa, 14 Juli 2009

Bagaimana seharusnya pengajaran fisika?

Sudah dikenal umum bahwa fisika merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan
alam yang tergolong “keras”, artinya tidak mudah dipahami. Bahkan telah berkembang di
kalangan siswa dan guru suatu mitos bahwa dari sononya fisika memang sulit dipelajari.
Fisika kemudian menjadi momok dan ditakuti banyak siswa. Fisika dianggap sebagai onggokan
rumus-rumus, yang menjerumuskan siswa dengan hafalan yang memusingkan
kepala. Alhasil, nilai fisika para siswa termasuk yang terendah di antara seluruh mata
ajaran di sekolah pada semua jenjang, mulai SD (pelajaran IPA) sampai perguruan tinggi.
Hal ini sungguh memprihatinkan, karena fisika merupakan ilmu dasar yang harus
dikuasai terlebih dulu dalam rangka penguasaan teknologi pada jaman modern ini. Fisika
mempelajari watak dan perilaku alam, sehingga memungkinkan kita memanfaatkan dan
mempekerjakan alam untuk kepentingan hidup manusia. Di negara maju, fisika selalu bahu
membahu dengan ilmu lain di garis depan dalam usaha untuk mengembangkan iptek (ilmu
pengetahuan dan teknologi).
Pengalaman keseharian
Manusia belajar tentang alam yang menjadi tempat hidupnya sejak ia dilahirkan.
Apa-apa yang dialaminya kemudian menjadi pengalamannya. Bayi yang sudah dapat memegang
sesuatu akan segera melongokkan kepalanya ke bawah jika barang mainannya
terjatuh, semuda itu ia sudah mengalami gejala gravitasi! Pengalamannya tentang gejala
alam yang lain seperti : gerakan, bunyi (melalui telinga), cahaya (melalui mata), panas,
melengkapi pelajarannya tentang alam ini.
Jika gejala alam sudah mulai dipelajari sedemikian dini, mengapa pada umumnya
siswa merasa sulit mempelajari ilmu alam yang diberikan di sekolah? Seharusnya dengan
pengalaman sehari-hari seperti itu, setiap orang akan merasa mudah mempelajari fisika.
Fisika tidak mempelajari sesuatu yang abstrak, melainkan hal-hal nyata yang ada di alam
sekitar. Adakah sesuatu yang salah pada pengajaran ilmu alam?
Pengamatan pada metode pengajaran ilmu alam di sekolah-sekolah menelurkan
dugaan, bahwa siswa kurang diberi pengalaman, kurang diberi kesempatan untuk mengalami
sendiri gejala-gejala alam yang nantinya harus mereka pelajari dan kuasai. Ilmu alam
tidak boleh dipisahkan dari watak alamiahnya. Gejala yang dipelajari di dalamnya betulbetul
ada di alam sekitar, bukan semata-mata berupa simbol-simbol di atas kertas. Cara
penyampaiannya pun harus disesuaikan dengan tingkat penalaran yang dimiliki oleh peserta
didik yang menerimanya. Siswa sekolah dasar yang daya analisanya belum berkembang,
tidak boleh dijejali dengan konsep-konsep abstrak berupa hukum-hukum, rumus,
dan sejenisnya. Mereka perlu berkenalan terlebih dulu dengan gejala-gejala alam, orang
bilang tak kenal maka tak sayang. Minat yang timbul dari keheranan, rasa ingin tahu dan
kekaguman, menjadi modal yang amat besar bagi siswa untuk mempelajari dan memperdalamnya
di kelak kemudian hari. Tampaknya para siswa telah menjadi korban salah
asuhan metode pengajaran yang kurang tepat.
WU no.32 TH IV Juni 1997 Bagaimana Seharusnya Pengajaran Fisika ?
2
Pengajaran di sekolah
Kecenderungan yang umum terjadi dalam pengajaran fisika dewasa ini adalah
penekanan yang terlalu besar pada pengerjaan soal-soal kuantitatif (melalui hitungan
matematis). Padahal permasalahan pokok dalam fisika bersifat kualitatif (pemahaman
perilaku alam). Kalaupun dilakukan perhitungan, hasil perhitungan itu harus dapat diterjemahkan
arti fisisnya. Semua rumus yang dipakai memiliki cerita yang melatarbelakangi
suatu konsep atau hukum. Rumus-rumus itu bukanlah sekumpulan simbol-simbol
matematik tak bermakna yang mengerikan.
Jalan pintas dengan menghafalkan rumus dan contoh soal tanpa disertai pemahaman
cerita yang ada di baliknya membuat para siswa frustrasi. Hal ini dapat dilihat jika
soalnya kemudian dimodifikasi, tampaklah bahwa siswa akan kebingungan. Frustrasi
menghasilkan kebencian. Pada fase mental seperti ini, pengajaran fisika dengan metoda
apapun sudah tidak ada gunanya lagi.
Cara pengajaran fisika harus dikembalikan ke alam sesuai dengan domain yang dipelajarinya.
Siswa diberi pengalaman, diajak melakukan pengamatan di alam sekitar atau
secara terstruktur dalam laboratorium. Setelah cukup pengalamannya, barulah diajak
mengkaji perilaku gejala-gejala alam tersebut. Untuk ini semua diperlukan alat-alat peraga
dan praktikum, baik yang fisik (alat peraga di depan kelas, peralatan praktikum), maupun
yang non-fisik (film, video, simulasi komputer).
Kesinambungan cara penyampaiannya sejak tingkat dasar sampai perguruan tinggi
amat penting untuk menunjang keberhasilan pengajaran fisika. Tingkat penalaran siswa sesuai
dengan umurnya menentukan metoda yang harus dipakai. Berikut ini adalah cara pengajaran
fisika yang ideal di berbagai jenjang pendidikan :
a. 3 tahun pertama Sekolah Dasar
Kata kunci : MENGENAL GEJALA ALAM
Anak-anak masih suka bermain, mereka belum memiliki daya penalaran sistematika
keilmuan. Dalam fase ini ilmu alam diajarkan sambil bermain, perkenalan mereka yang
pertama terhadap gejala-gejala alam di sekitar.
Contoh kasus : air dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain. Siswa diajak
mengamati sungai, selokan, aliran air dalam pipa.
b. 3 tahun kedua Sekolah Dasar
Kata kunci : MENGENALI GEJALA ALAM
Anak-anak sudah dapat diajak untuk memahami hubungan sebab-akibat. Keberadaan
suatu gejala alam akan mengakibatkan terjadinya gejala yang lain.
Contoh kasus : perbedaan tinggi tempat menyebabkan aliran air. Siswa diajak mengamati
air terjun, aliran dari tandon air, membuat parit, sehingga mereka tahu jika ada aliran
air tentu ada perbedaan tinggi tempat.
c. Sekolah Menengah Pertama
Kata kunci : MENALAR GEJALA ALAM
Siswa sudah mampu menggunakan penalaran yang sistematis. Pengenalan hukum dan
formulasi matematika gejala alam mulai diberikan. Konsep-konsep dasar mulai di-
WU no.32 TH IV Juni 1997 Bagaimana Seharusnya Pengajaran Fisika ?
tanamkan, keterampilan menghitung mulai dilatih. Praktikum mulai diadakan, untuk
mengajak siswa mengenal langsung gejala alam secara sistematik dalam laboratorium.
Contoh kasus : aliran air tunduk pada gravitasi bumi. Siswa diajak mengaitkan aliran air
dengan gejala benda jatuh.
d. Sekolah Menengah Umum
Kata kunci : MENGANALISA GEJALA ALAM
Siswa diajak memperdalam pengertian tentang suatu gejala alam melalui model sederhana.
Analisa konsep sudah mulai dilakukan. Eksperimen dalam laboratorium dipakai
sebagai ajang pengujian hubungan sebab-akibat dalam konsep-konsep fisika.
Contoh kasus : hukum Bernoulli memberikan deskripsi tentang aliran sederhana. Siswa
mulai diajak menganalisa model aliran sederhana secara lebih rinci.
e. Perguruan Tinggi
Kata kunci : MEMAHAMI GEJALA ALAM
Secara menyeluruh mahasiswa di tingkat dasar diminta memahami gejala alam, dengan
tujuan bersiap diri mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep yang ada sesuai
dengan bidang yang ditekuni. Di sini model-model yang dipelajari sudah meninggalkan
bentuk sederhana dan mendekati alam nyata. Hal ini baru dapat dilakukan di perguruan
tinggi karena matematika siswa sudah mencapai tingkat yang memadai untuk membedah
persamaan-persamaan matematik yang dimiliki gejala alam.
Contoh kasus : model aliran zat cair sudah memperhatikan kekentalan, kemampatan,
dan turbulensi (olakan) yang membuat persamaannya menjadi persamaan matematik
yang kompleks.
Penutup
Pengajaran fisika harus memanfaatkan pengalaman sehari-hari sebagai landasan,
oleh sebab itu perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa materi pelajaran fisika tidak jauh dari
kehidupan ini. Siswa harus diberi kesempatan melihat dan mengalami sendiri apa yang sedang
dipelajarinya, baik melalui demonstrasi, praktikum, film, dan sebagainya. Jika bangsa
kita ingin menguasai alam dan teknologi, saluran pengajaran fisika yang selama ini buntu
harus segera dibuka.
Kurikulum fisika harus dibuat secara terpadu pada seluruh jenjang pendidikan,
dengan memperhatikan usia siswa yang mempelajarinya. Tindakan terburu-buru dengan
usaha menanamkan konsep dan tuntutan melakukan perhitungan-perhitungan sedini
mungkin akan menjadi bumerang. Siswa mempelajari fisika dengan porsi yang sesuai dengan
daya nalarnya pada saat ia belajar.
Ada motto dalam pengajaran ilmu pengetahuan alam yang amat baik dicamkan
oleh para guru kita :
Saya mendengar, saya lupa
Saya melihat, saya ingat
Saya melakukan, saya mengerti

oleh : Sugata Pikatan

yang menyusahkan dalam hidupqu

pertama x buka internet n bwt tugas yg di berikan dosen,
sempet puyeng sich al_a aq g' tw ap2 soal dunia maya ini.
ini adalah hal yang paling susah dalam hidupqu n akan qu kenag slalu dalam seumur hidupqu